Pages

Sabtu, 26 Desember 2015

MULTIMEDIA UNTUK MAPEL AGAMA


Banyaknya kasus tawuran antar pelajar, tindakan asusila, dan maraknya peredaran narkoba di lingkungan sekolah membuat prihatin pemerintah. Keprihatinan tersebut diwujudkan dengan menambah alokasi waktu untuk mata pelajaran agama. Dari dua jam setiap minggu menjadi tiga jam dalam sepekan. Dengan demikian, penambahan jam mapel agama diharapkan mampu mendandani moral generasi muda.
Kebijakan ini menjadi tantangan tersendiri bagi para guru agama. Dengan bertambahnya alokasi jam dan (otomatis) gaji, sanggupkah mereka mempertanggujawabkannya? Tolok ukur keberhasilan mereka tidak lagi dilihat dari ketuntasan nilai akademik anak didiknya semata. Mereka juga dituntut bertanggung jawab secara moral atas perilaku pelajar yang diasuhnya.
Sayangnya materi agama yang diajarkan sampai sekarang tak beranjak jauh dari tema-tema semacam cara bersuci, sembahyang, dan membaca kitab suci. Kurikulum mata pelajaran agama di sekolah selama ini masih didominasi oleh materi tentang ritual-ritual keagamaan. Disamping materi pelajaran yang terus diulang-ulang, penyampaian materi juga masih berkutat pada ceramah dan praktek ibadah.
Fenomena ini semakin membuat mapel agama semakin menjemukan. Ditambah dampak teknologi yang membawa banjir informasi yang mampu diakses oleh siapa pun. Generasi muda dihadapkan oleh berbagai sajian menu yang tak pandang bulu. Kini kreatifitas guru agama sedang benar-benar diuji. Mampukah mereka menumbuhkan kembali pesona agama yang kian pudar? Sanggupkah mereka menanamkan nilai-nilai luhur agama ke peserta didik mereka?
Informasi dan Teknologi
Agama dan sains saat ini memang sedang dibenturkan. Disinilah kepekaan terhadap perkembangan informasi dan teknologi harus dikuasai oleh tenaga pendidik. Sehingga prejudies sains versus agama dapat dipatahkan. Dan agama mampu membuktikan jargonnya shalihun likulli zaman wa makan, selalu relevan di berbagai masa dan tempat. Guru agama harus up to date untuk dapat mengambil manfaat melalui perkembangan tekologi. Salah satunya adalah memberikan tugas berupa pembuatan video (film) pendek bertema agama.
Pembuatan video ini tergolong mudah. Para peserta didik diminta untuk menguasai materi yang akan dibuat. Mereka bisa berdiskusi bersama dan tentunya didampingi oleh arahan guru agar materi sesuai dengan target yang diharapkan. Pengambilan video dapat menggunakan digital camera atau fitur kamera di gadget yang kemudian diatur dengan rapi dengan menggunakan software yang tersedia dalam PC.



Di sini kemampuan peserta didik akan diasah untuk melaksanakan dan menyampaikan materi dengan baik. Selain materi agama, akan muncul pula pembelajaran pembentukan karakter (character building) yang sedang digalakkan. Diantaranya kerjasama antar individu, kekompakan tim, tanggung jawab untuk menjadi icon. Dengan begitu diharapkan mereka mampu melaksanakan, menerapkan dan menghayati nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil video para siswa-siwi dapat di-upload ke media-media sosial online seperti youtube atau facebook. Sehingga manfaat materi dapat disebarluaskan secara optimal. Diskusi agama pun terus berlanjut, tidak berhenti dan terbatas di ruang kelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...