Pages

Senin, 24 Januari 2011

aforisme status update part 6


demi mentari pagi yang menghangatkan sisa dinginnya malam sunyi.
sungguh dia tidak meninggalkanmu apalagi membencimu.
dan yakinlah bahwa yang kekal itu pasti lebih baik.
bukankah ketika kau sendirian dia yang menemanimu?
ia juga yang menunjukkanmu saat kau tersesat
dia bahkan mencukupimu saat kau serba kekurangan.
dia hanya ingin kau menemani mereka yang kesepian
tidak menghardik mereka yang kekurangan
untuk berbagi atas apa yang pernah kau dapatkan darinya.

(sepenggal pesan bidadari)



aku melihat hadirmu dalam setiap warna-warni kehidupan. bagaimana mereka tak menyucikan-Mu, meski diam pun mereka tetap meneriakkan keagungan-Mu karena adanya mereka telah cukup mentasbihkan ke-Akbaran-Mu.

pada kenyataannya ada 1:a=a dan a tidak harus satu. ini adalah rumus berbagi. sehingga setiap pembagi bisa merasakan semua yang dimiliki penyebut tanpa mengurangi apa yang penyebut miliki. contoh riilnya adalah sistem upload dan download

menyerahkan diri diterpa suara kebenaran. aku ragu kita tak kunjung bertemu, aku takut jangan-jangan kau tak wujud, atawa aku yang terselubung gelap ego yang bersekat-sekat tanpa sedikit caya kesadaran mengurai adamu.

tak ada teriak memekak bahkan sekedar sendu mengisak, mesin-mesin lelah mendaras rutinitas, dengkur-dengkur pun malu keluar, senyap kali ini begitu menyekap erat, memeluk membungkus dingin hati yang kian menggigil, tiap kelebat bayangmu memaksa memeras kelenjar untuk menitikkan tetesnya. aku tak tahan merindukanmu.

semenjak bising tak lagi ramai semenjak hening kian menggebyar sejak kata tak lagi menyapa sejak diam sungguh membahasa ketika itu aku tak bisa tahu bahwa kamu tidak ada

طاَلَماَ أَكْتُمُ عِشْقِي أَيْنَمَا جَاءَتْ بِدَوَاءِ قَلْبِيْ فَاهْتَرَبَتْ مُصِيْبَاتُ جَنَانِيْ

jika kau lihat aku menangis itu bukan karena rasa sakit yang kuderita, namun karena aku membayangkan kesakitan yang lebih sakit yang dulu pernah ia rasakan.

dalam hatiku cahyamu menggema-memantul berulang-ulang tak bisa keluar meruntuhkan dinding-dinding kesadaran hingga hilang adaku terlebur cahyamu oh andai cahyamu akhirnya membias kepada mereka...

cinta dan perpisahan itu bukan dua hal yang harus dipermusuhkan.

ku-uploadkan segala ibadahku (meski tak banyak) dan kupersilah kan siapa saja untuk men-download pahalanya :)

meski kau tak tahu dan aku pun sepertinya tak mau [kau] tahu sungguh setiap getar mataku mendoakanmu.

setiap entitas (yang mewujud) memiliki peran tersendiri dalam kesatuan realitas universal.

dimanakah letak ujung bumi paling timur, sehingga ia merasakan pagi pertama kali? dimanakah ujung bumi paling barat, sehingga ia adalah bagian bumi terakhir yang merasakan malam? lalu siapakah yang memegang kuasa untuk mengklaim atas penamaan hari, bulan dan tahun? sehingga pengaturan waktu dunia ada di tangannya? yang kutahu kaulah yang menguasi sadarku untuk selalu merindu.

kembali buram mengikis sebagian dosa

naik mengangkat beban, turun menahan beban, diam menjadi beban

kadang-kadang aku merasa sangat muak sekali dengan diriku sendiri tetapi di lain waktu aku bisa begitu jatuh cinta kepadanya.

biarlah kuusap pusar sadarmu, kukecup saripati rasamu, kujamah setiap napak tilas jejakmu, kuhirup getir-hangat nafasmu, biarlah aku menjadi keris yang manjing kedalammu, warangkaku.

tersedak air mata saat tiba-tiba tersadar dari pertemuan tak terduga denganmu di kedalaman bawah sana. lalu pendengaran dan suaraku menyatu mendengar dan membisikkan "betapa aku sungguh merindukanmu."

setiap getaran dari kulit-kulit kering terentang mengajariku tentang makrifat setiap hentakan bunyinya adalah gelombang berakselerasi yang menuntunku menyingkap hijab-hijab tajaliyyah-Nya bilamanakah mungkin indra kuasa bertahan menerima ketelanjangan-Nya selain pasti akan binasa kedalam-Nya (sakaw spiritual)

Sesekali ingin kubaringkan tubuh di atas tanah telanjang tanpa alas. Membiarkan kulit badan bersentuhan langsung dengan induknya. bernostalgia dan bercengkrama menggerus ego dan keangkuhan. Sementara sang hati dapat bebas meluncur terhambur menguntal jagad.

wahai sang induk dari segala induk dekaplah diriku dalam hangat kasihmu kusambut kau dengan rentangan rindu.

ketika kata tak mampu lagi mengungkap bahasa, maka keheningan melebihi segalanya

atas ketidak berdayaanku maafkanlah aku. engkaulah yang maha berdaya.

salam, salam, salam. ramadhan menjelang. kami disini akan berpuasa. menahan apa yang tak tertahan. kerakusan, kebrutalan, kecongkakan, kebinatangan, kemanusiawian. katanya untuk berakhlak tuhan. salam, salam selamat berpesta menyantap daging-daging doa, menyeruput segar luapan air mata. salam ziarah.

sungguh hening itu lebih luas dan mutlak dari sekedar seluas-luasnya ruang. dan ketika mata terbelalak aku kembali terperosok pada batas-batas luas yang mereka bangun.

kini aku dapat merasakan apa yang mungkin dulu kau selalu rasakan setiap malam meremang. mengusap anak-anakmu yang tidur pulas, dengan harap dan cemas yang berkecamuk dalam kalbu. lalu beribu doa meluncur dari ruang hatimu bekejar-kejaran dengan air mata yg meleleh deras dari mata cantikmu. salam rindu dariku untukmu.

Kulihat ronamu meredup terhijab bahak tawa, aku rindu raut teduh mukamu berlinang dosa. Tiap tetesnya meleburkan gelap mencahya binar purnama. Kapan kau kembali bersenandung mengeja kidungku?

Kutilang atau apalah, mengerjap mataku menatap kepak sayap bertebar membelah udara. Membelai halus sukma menghentak benak, untuk apa ia sesekali merentangkan kedua sayapnya tanpa kepak. Setidaknya bagiku itu telah memukau kalbu.

mereguk kenikmatan ilusi. dikejar maut dalam petualangan ilusi. hingga matinya pun sekedar maya. namun ilusi yang paling indah adalah saat kau menjengukku. maka ilusi itu akan berasa sangat nyata.

"jangankan Tuhan, iblis pun sayang dan terpesona kepada dan olehmu. tak percaya? buktinya mereka memperebutkanmu." kata nafsu kepada kalbu.

tadi entah kenapa badan bisa bergidik agak keras dibanding sebelumnya. bukan karena jijik seperti biasanya entah apakah karena berbarengan dengan sedikit getar yang padahal mungkin masih dibawah 20khz sehingga tak terdengar oleh telinga, tepatnya dibalik dada ini. namun kering mengejan yang kini sering kutelan.

apa kabar rindu? lama tak singgah sejenak menengok lelap. ini kukirim rangkaian uban yang ternyata telah mulai bercokol di kepalaku. ah pasti ubanmu telah menghitam kembali. ya semoga lebih hitam memekat dan memikat biarlah nanti ubanku bersinar terang mengenang tiap untaian uban yang pernah kucabut dari indah mustakamu.

langit, bumi dan gunung-gunung pun enggan mnerima beban kekhalifahan. bagaimana bisa manusia yang bodoh dan lalim ini dengan pongah menyerobotnya. kapan dia menawarkan kepadaku? aku masih lupa tentang perjanjian nirwaktu itu. bahkan dejavu yangg sering kualami belum sempat menjamah batas kesadaran tentangnya. allahumma j'alnaa mimman yadzkuru qaulanaa 'balaa syahidnaa.' amien

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...