Pages

Tampilkan postingan dengan label nabi Isa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label nabi Isa. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 Agustus 2012

Puisi Emha: Muhammadkan Hamba ya Rabbi





Oleh: Emha Ainun Nadjib, 1988



muhammadkan hamba ya rabbi
di setiap tarikan napas dan langkah kaki
tak ada dambaan yang lebih sempurna lagi
di ufuk jauh kerinduan hamba muhammad berdiri

muhammadkan ya rabbi hamba yang hina dina
seperti siang malammu yang patuh dan setia
seperti bumi dan matahari yang bekerja sama
menjalankan tugasnya dengan amat terpelihara

sebagai adam hamba lahir dari gua garba ibunda
engkau tuturkan pengetahuan tentang benda-benda
hamba meniti alif-ba-ta makrifat pertama
mengawali perjuangan untuk menjadi mulia

ya rabbi engkau tiupkan ruh ke dalam nuh hamba
dengan perahu di padang pasir yang mensamudera
hamba menangis oleh pengingkaran amat dahsyatnya
dan bersujud di bawah bukti kebenaranmu yang nyata

sesudah berulangkali bangun dan terbanting
merenungi dan mencarilah hamba sebagai ibrahim
menatapi laut, bulan, bintang dan matahari
sampai gamblang bagi hamba allah yang sejati

jadilah hamba pemuda pengangkat kapak
menghancurkan berhala sampai luluh lantak
hamba lawan jika pun fir'aun sepuluh jumlahnya
karena api sejuk membungkus badan hamba

kemudian ya rabbi engkau ajarkan hal kedewasaan
yakni penyembelihan dan kurban, pasrah dan keikhlasan
tatkala dengan hati pedih pedang hamba ayunkan
sukma hamba memasuki ismail yang menelentang

ismail hamba membisikkan firmanmu ya rabbi
bahwa dewasa tidaklah ditandai kegagahan diri
melainkan rela menyaring dan menyeleksi
agar secara jernih berkenalan dengan yang inti

di saat meng-ismail itu betapa jiwa hamba gemetar
ego pribadi adalah musuh yang teramat tegar
jika di hadapanmu masih ada sejumput saja pamrih
maka leher hamba sendiri yang bakal tersembelih

dan memang kepala hamba tanggal berulangkali
di medan peperangan modern ini ya rabbi
hambalah kambing di jalanan peradaban ini
darah mengucur, daging hamba dijadikan kenduri

tulus hati dan istiqamah ismail ya rabbi
betapa sering lenyap dari gairah perjuangan ini
keberanian untuk bersetia kepada kehendakmu
di hadapan musuh gugur satu demi satu

maka hambamu yang dungu belajar menjadi musa
meniti kembali setiap hakikat alif-ba-ta
belajar berkata-kata, belajar merumuskan cara
harun hamba membantu mengungkapkannya

musa hamba membukakan universitas cakrawala
setiap gejala dan segala warna zaman hamba baca
dengan seribu buku dan seribu perdebatan
hamba tuntaskan makna kebangkitan

tongkat hamba angkat dan tegakkan ya rabbi
memusnahkan iklan-iklan takhayul fir'aun yang keji
ular klenik pembangunan, sihir gaya kebudayaan
karena telah hamba genggam yang bernama kebenaran

ya rabbi alangkah agung segala ciptaan ini
kebenaran belaka membuat hidup kering dan sepi
maka engkau jadikan hamba isa yang lembut wajahnya
dengan mata sayu namun bercahaya, mengajarkan cinta

isa hamba sedemikian runduknya kepada dunia
segala tutur kata dan perilakunya kelembutan belaka
sehingga murid-murid hamba dan anak turunnya terkesima
tenggelam mesra dalam isa hamba yang disangka tuhannya

ya rabbi haruslah berlangsung keseimbangan
antara cinta dengan kebenaran
haruslah ada tuntunan pengelolaan
atas segala ilmu dan nilai yang engkau anugerahkan

karena itu muhammadkan hamba ya rabbi
bukakan pintu kesempurnaan yang sejati
pamungkas segala pengetahuan hidup dan hati suci
perangkum bangunan keselamatan para rasul dan nabi

muhammadkan hamba ya rabbi muhammadkan
agar tak menangis dalam keyatimpiatuan
agar tak mengutuk meski batu dan benci ditimpakan
agar sesudah hijrah hamba memperoleh kemenangan

muhammadkan hamba ya rabbi muhammadkan hamba
agar kehidupan hamba jauh melampaui usia hamba
agar kematian tak menghentikan perjuangan
agar setiap langkah mengantarkan rahmat bagi alam

muhammadkan hamba ya rabbi muhammadkan
di rumah, di tempat kerja serta di perjalanan
agar setiap ucapan, keputusan dan gerakan
menjadi ayatmu yang indah dan menaburkan keindahan

takkan ada lagi sosok pribadi seanggun ia
dipahami ataupun disalahpahami oleh manusia
kalau tak sanggup kaki hamba menapaki jejaknya
penyesalan hamba akan tak terbandingkan oleh apa pun saja

para malaikat sedemikian hormat dan segan kepadanya
bagai dedaunan yang menunduk kepada keluasan semesta
para nabi berbaris menegakkan sembahyang
engkau perkenankan ia berdiri menjadi imam

ya rabbi muhammadkan hamba, muhammadkan hamba
perdengarkan tangis bayi padang pasir di kelahiran hamba
alirkan darah al-amin di sekujur badan hamba
sarungkan tameng al-ma'shum di gerak perjuangan hamba

kalungkan kebenjian abu jahal di leher hamba
sandingkan keteduhan abu thalib di kaki dukalara hamba
payungkan awan cintamu di bawah terik politik durjana
usapkan tangan sejuk khadijah pada kening derita hamba

kirimlah jibril mencuci hati muhammad hamba
lahirkan kembali wahyumu di detak gemetar jantung hamba
dan kucuran darah luka muhammad oleh pedang kaum pendusta
hadiahkan kepada hamba rasa sakitnya

ya rabbi ya rabbi muhammadkan hamba
bersujud dan tafakkur di gua hira' jiwa hamba
berkeliling ke rumah tetangga, negeri dan dunia
menjajakan cahaya


+ sumber: http://sudisman.blogspot.com/2009_02_01_archive.html

+ gambar: hasil cropping dari kitab digital "insan kamil" karya ibnu arabi hal: 3

-----

kanjeng nabi melarang umatnya untuk menggambarnya adalah agar ia tidak dikenang umatnya sebagaimana nabi-nabi terdahulu dikenang, dijadikan sesembahan selain tuhan.
maka jadikan muhammad bukan sebagai idol (berhala), jadikan ia ruh di setiap laku, jadikan dia kata kerja. amien.

Selasa, 10 Januari 2012

panca indera

وفي أنفسكم أفلا تبصرون
Dan pada diri kalian, apakah kalian tidak melihat?



"Open your hidden eyes and see. come, return to the root of the root of yourself. bukalah mata tersembunyimu dan lihat! mari, kembali ke akarnya akar asal dirimu." ~Mawlana Rumi.

Manusia seringkali takjub kepada sesuatu yang ada di luar diri mereka. Mengetahui banyaknya keajaiban-keajaiban di luar sana, membuat manusia seringkali lupa keajaiban dirinya sendiri sebagai miniatur alam semesta, cermin Tuhan yang paling sempurna merefleksikan citra-Nya. Namun, disini, saya tidak membahas keajaiban-keajaiban pada diri manusia. Saya hanya akan fokus pada pengendalian panca indera dan bagaimana menggunakannya untuk bertawajjuh kepada-Nya.
Panca indera adalah pintu. Segala sesuatu harus melaluinya jika akan keluar/ masuk dari/ ke dalam tubuh kita. Artinya, panca indera adalah akses keluar-masuknya informasi, komunikasi dan interaksi antara diri kita dan dunia di luar diri kita/ selain kita.
Segala yang masuk melalui indera dapat mempengaruhi pikiran (prasangka, perspektif, pola pikir), perasaan (susah, senang, sedih, bahagia), yang akhirnya menentukan tindakan (action) kita. Misalnya kita melihat iklan di tv, pikiran mencerna apa yang dilihat, jika iklan tersebut mengandung gagasan yang kuat, kemungkinan besar dapat mempengaruhi pola pikir kita. Lalu kita merasa tertarik (perasaan), dan akhirnya membeli produk yang ditawarkan (action).
Sebagai manusia ciptaan Tuhan, kita terikat oleh perjanjian bahwasanya kita diciptakan adalah untuk mengabdi kepada-Nya. Artinya segala tindakan kita diharapkan sesuai dengan aturan-aturan syariah-Nya. Karena panca indera dapat mempengaruhi tindakan kita, lalu bagaimana kita mengendalikan panca indera agar tindakan kita sesuai dengan kehendak syari'ah-Nya?
Jawabannya mungkin dapat kita dapatkan dari cerita sokrates berikut ini. Suatu hari seseorang datang tergopoh-gopoh menemui Sokrates. Dia berkata "saya membawa berita tentang seseorang untuk Anda."
Sokrates berujar "tunggu dulu, saya ingin mengajukan tiga pertanyaan sebelum Anda mengabarkan berita itu. Pertama, apakah Anda mengetahui sendiri berita itu dan yakin berita itu 100% benar?"
"Saya tidak mengetahuinya sendiri. Saya mengetahuinya dari seseorang sehingga saya tidak tahu kebenarannya."
"Apakah Anda mengenal orang yang akan Anda ceritakan?"
"Tidak. Tapi, saya kira Anda mengenalnya."
"Pertanyaan terakhir, apakah berita itu berakibat posotif atau negatif untuk saya?'
"Negatif."
"Kalau begitu, saya tidak perlu mendengar berita Anda. Bagaimana bisa saya mendengar berita yang Anda sendiri tidak mengetahui kebenarannya, Anda tidak mengenal orang yang Anda ceritakan, dan berakibat buruk terhadap diri saya?"
Dari contoh kasus tersebut dapat kita simpulkan bahwa untuk mengendalikan panca indera, kita harus menginterogasi setiap yang masuk ke dalam panca indera. Apakah itu bermanfaat untuk kita atau tidak, apakah hal tersebut diridhoi oleh-Nya atau tidak. Dengan apa kita mengintrogasinya? Dengan pikiran dan hati. Karena kata imam Ghazali, hati ibarat raja, dan semua anggota tubuh adalah tentaranya. Jadi, mengendalikan pikiran = mengendalikan nafsu = mengendalikan panca indera.
Setelah dapat mengendalikan panca indera, langkah selanjutnya adalah menggunakannya untuk menemui dan bertawajjuh kepada Tuhan. Nabi Isa as. pernah bersabda "tidak perlu kayu dan batu yang kokoh, singgasana yang megah untuk menghadap Tuhan. hanya dengan kamarmulah kamu akan mengetahui." Beliau juga bersabda tentang adab berdoa dan bertawajjuh kepada-Nya, "masuklah ke dalam kamarmu dan tutuplah pintu."
Yang dimaksud dengan kamar adalah ruang yang tersembunyi. Di manakah ruang tersembunyi? masjid, gereja, bahkan kamar pribadimu bukanlah ruang tersembunyi. Karena itu semua masih dapat terlihat. Yang dimaksud dengan ruang tersembunyi adalah "kamar diri". dan pintunya adalah panca indera.
Lantas bagaimana kita bisa masuk kedalam "kamar diri" kita? Saya jadi teringat dengan lakon wayang Bima dan Dewa Ruci. Bima yang disuruh gurunya, Durna untuk mencari tirta merta (air kehidupan) akhirnya bertemu dengan Dewa Ruci yang berwujud dirinya sewaktu kecil. Lalu Dewa Ruci meminta agar Bima masuk kedalam tubuhnya melalui telinganya. Cerita Bima dan Dewa Ruci ini mungkin merupakan simbol bagaimana manusia (Bima) memasuki "kamar diri"-nya.
Usaha memasuki kamar diri ini dapat kita temukan jawabannya dalam laku para sufi dengan berbagai variasi thariqahnya. Misalnya Syaikh Abdul Qadir Jailani yang terkenal dengan dzikir jahr-nya (dzikir melafazhkan kalimat “laailaaha illallah” dengan suara lantang. ketika mengucap laaa, tarik kesadaran diri dari pusar ke kepala. lalu saat kata ilaaha, hembuskan kesadaran diri dari kepala ke arah kanan. terakhir pada kata illallah, hembuskan ke arah kanan). Lain halnya dengan Syaikh Bahauddin an-Naqsyabandi, beliau memilih dzikir sirri (dzikir mengucapkan lafazh Allah dalam hati, selaras ketukan detak jantung, seirama denyut nadi). sedangkan Mawalna Jalaluddin ar-Rumi memilih berdzikir dengan mendengarkan musik sambil menari berputar-putar sebagaimana putaran orang thawaf mengelilingi ka'bah, elektron yang mengitari ini atom, bulan mengelilingi bumi, bumi mengitari matahari, matahari bersama bintang-bintang galaksi lainnya berputar mengelilingi pusat tata surya. Yang kesemuanya bergerak atas kehendak-Nya.
Setelah berhasil memasuki kamar diri, maka tutuplah pintu. Tutuplah semua panca inderamu. Karena kata pepatah “jika salah satu indera tak berfungsi maka fungsi indera yang lain akan menguat.” ex: lumba-lumba dan kelelawar yang rabun matanya namun tajam suara dan pendengarannya. nah, apabila kita menon-aktifkan kelima indera kita, maka indera yang tersembunyi akan menguat.
Bayangkan diri kita tak dapat melihat, mendengar, mencium dan merasa. Tidak tahu mana depan-belakang, kiri-kanan, atas-bawah, mana timur dan barat. Kita tak tahu ada dimana. Semuanya hampa, fana. Niscaya indera tersembunyi kita akan meronta-ronta mencari Dia. Maka saat itu, diamlah, jangan bicara. lidah ini telah terlalu banyak berdusta. Diamlah. Bukankah Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui setiap isi hati kita?

:: Mawlana Rumi berkata "aku mencari Tuhan di antara orang-orang Kristen dan salibnya, tapi tak kutemukan Dia. Aku pergi ke kuil-kuil kuno pemujaan berhala, tak ada jejak-Nya disana. Aku masuki gua hira, tapi Tuhan belum juga kutemukan. Kudaki puncak gunung Kaukasus, yang kutemui hanya sarang burung Anqa'. Lalu kualihkan pencarianku ke Ka'bah, bahkan Tuhan juga tak di sana. berpindah ke filsafat, aku bertanya tentang Dia dari Ibnu Sina, tapi kutemukan Dia tanpa kerangka. Akhirnya aku menengok ke dalam hatiku sendiri, dan disana aku melihat Dia. Dia tidak kemana-mana. ::


*tulisan yang pernah disampaikan di majlis ta'lim Sabilul Hidayah, Mushalla al-Ihsan dan diskusi IKRIMAT (Ikatan Remaja Masjid at-Taqwa) Sekayu.

terima kasih untuk mas "" atas postingan-postingannya tentang panca indera.