Pages

Selasa, 23 Februari 2010

aforisme status update (part 2)

Tersentak driku dari alam keterasingan. Kucoba mencari dan meraba kebenaran diantara sathohat-sathohat kegilaan.

Dzikirnya tak hanya terucap. Dia tersirat dalam setiap gerak dan nafasnya. Dia terukir di setiap serat ototnya. Dia terpatri erat dan menghujam dalam hatinya. Jantungnya pun memompa pena darah yang mengukir kaligrafi indah di setiap pmbuluh darahnya.

Kau berkata
"cintailah aku!" akupun mencintaimu. Mereka bertanya "apa alasanmu
untuk mencintainya? aku menjawab "cinta sejati tak butuh alasan kawan."
Kau pun tertawa mendengar jawabanku. aku bertanya kenapa kau tertawa?
kau menjawab "ternyata benar, cinta itu buta sayang."

aku tak mampu berdiri, maukah kau mecebokiku anakku?

tahukah kau? saat kau tertatih menapakkan kaki ia dengan tulus menuntunmu sehingga kini kau bisa berlari darinya ketika ia memanggilmu.

aku
bertanya "kenapa tak kau usir lalat-lalat yang mengerubungi tubuhmu?"
dia menjwab "aku merasa dicintai oleh oleh mereka, maka pantaskah
bagiku untuk mengusir para pecinta?

kenapa tak kau beli sekerat roti itu? aku mnjawab "perutku kuajak untuk memerangi nafsunya." ia menyalak "bukan untuk kau makan tapi sekedar untuk membuat penjualnya tersenyum dan bersyukur."

ia mncercap urat leherku, kemudian dengan bibir manisnya ia tiupkan nafas pengetahuan kedalam pembuluh darahku. akhirnya aku menjadi tau segala yang ia tahu.

tak ada yang mutlak di dunia ini. Termasuk waktu. Ternyata waktu juga bisa relatif dan mengalami dilatasi.

Surga bukan tempat orang beriman, surga hanyalah tempat orang yg bruntung.

Kini aku hanya bisa memandang-Nya dari neraka.

Apa yang tampak sebnarnya hanya memantulkan segala definisi dan sifat dari sebuah esensi dzat yang bernama cahaya. Jika cahaya tak ada maka, semua pun tak akan wujud, termasuk benda yang tak kasat mata, ia bisa terdefinisikan karena ada yang kasat mata. Padahal yang kasat mata itu sendri tak dapat mewujud jika tanpa cahaya. Dan esensi cahaya sebenarnya adalah Allah SWT. Allahu nurun al-samwati wal ardhi...

Ketika eksistensi kita sendri tak wajib adanya, masih pantaskah kita menuntut adanya eksistensi lain utk mlayani kita? Mungkin hnya wajibul maujud yang dapat menjawabnya... Bisakah kita hidup tanpa menuntut?
potong kepalaku dengan segala keakuannya, potong leherku dengan segala kecongkaannya, potong urat nafasku dengan segala kelalaiannya, potonglah segalanya dari diriku hingga tak tersisa sedikitpun melainkan cintamu di hatiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...