Pages

Sabtu, 06 Februari 2010

Merefleksi Humor Nabi: Lelucon Sarkatis untuk Penguasa

Oleh: Warih Firdausi

Dalam sebuah perjamuan antara Rasulullah dan para sahabatnya, muncul ide iseng sahabat Ali ibn Abi Thalib kw yang kebetulan duduk disamping Nabi untuk mengerjain beliau. Semua kurma yang dia makan, bijinya dilemparkan ke depan Nabi. Maka menumpuklah biji kurma yang dimakan Nabi dan sahabat Ali di depan Nabi. Kemudian sahabat Ali nyletuk “ ternyata baginda Nabi makannya paling banyak sendiri ya…” sontak tertawalah seluruh sahabat dalam perjamuan itu. Tanpa berpikir panjang Nabi menjawab guyonan sahabat Ali “masih mending saya makan kurmanya saja, lihatlah Ali, ia makan sampai biji-bijinya.” Meledaklah tawa para sahabat melebihi tawa yang pertama tadi.
Mendengar kisah ini saya sangat terhibur, takjub, terharu sekaligus sedih. Terhibur karena humornya sangat lucu sekali. Takjub akan kecerdasan otak beliau yang luar biasa cepatnya membalas “serangan” sahabat Ali dengan jawaban yang tak terduga. Terharu, melihat kedekatan beliau yang nota bene seorang pemimpin dengan rakyatnya. Sedih, karena saya merasa keadaan Negara kita tersindir secara halus oleh humor sarkatis beliau. Nabi benar-benar manusia mulia dan sangat sempurna, sehingga dalam humornya pun sarat akan hikmah kebenaran, sesuai dengan sabdanya “inni laamzahu waushaddiqu (Sungguh saya ini juga bercanda tetapi dalam kebenaran).” Agaknya sunnah Nabi inilah yang diamalkan oleh guru bangsa kita almarhum Gusdur.
Dalam kondisi Negara kita saat ini, sangat sulit menemukan sosok pemimpin yang meneladani sifat-sifat luhur Nabi. Dalam sistem pemerintahan kita saat ini terlihat ada long distance antara masyarakat dan para pemimpinnya. Tampaknya para penguasa kita masih banyak yang menjaga jarak dengan masyarakatnya sehingga terjadi banyak miss-komunikasi antara keduanya. Tak luput presiden kita agaknya juga sedikit sensitif sehingga demo yang tujuannya untuk mengkritik kejumudan programnya dianggap melecehkan kedudukannya. Jika Negara diibaratkan sebuah tim kesebelasan, maka sebuah tim yang tidak memiliki komunikasi yang bagus antara pelatih, kapten dan seluruh anggotanya mustahil akan mencetak sebuah gol.
Ada hal lain yang membuat saya resah dan prihatin, yaitu keserakahan manusia mengeksploitasi alam. Maraknya illegal logging di bumi nusantara ini harus dihentikan. Apakah bencana yang timbul secara beruntun di Negara kita ini tak cukup untuk menyadarkan kita? Jika kekayaan alam kita kuras habis-habisan, mau makan apa anak kita duapuluh tahun kedepan? Mau jadi apa bumi ini limapuluh tahun lagi? Padahal dampak dari global warming saat ini sudah kita rasakan susahnya. Cukuplah Allah SWT mengingatkan manusia dalam surat an-Nisa: 9, “Dan hendaklah takut orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
Sebuah realita lagi yang membuat saya malu (jika mereka tidak malu atau memang tak tau malu) adalah kehendak para pejabat yang ingin dinaikkan gajinya, menuntut fasilitas-fasilitas mewah yang sangat kontras dengan kondisi masyarakat dan tanggung jawab mereka terhadap kewajiban yang mereka emban. Saya teringat pesan moral dari humor Rasululllah di atas, makanlah sewajarnya jangan serakah, sampai ke biji-bijinya kau makan pula. Mungkin juga senada dengan falsafah jawa “ngono yo ngono tapi aja semono” (begitu ya begitu tapi jangan sebegitunya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...