Anda pengguna android dan suka mendengar lagu via sound cloud?
Jika youtube rajanya video online, nah sound cloud kini menjadi salah satu jejaring sosial berbasis audio yang terpopuler. Anda bisa saling berbagi suara dengan para penggunanya. Sebagaimana youtube, berbagi di sound cloud juga gratis. Sound cloud juga sering digunakan sebagai media promosi para musisi. Jadi jika kalian kesulitan mencari lagu baru, sound cloud bisa jadi alternatifnya. Cara mendaftarnya pun tak perlu repot karena sound cloud bisa terhubung dengan google+ dan facebook. Baiklah sebelum menuju jurus download tanpa men"download", saya beberkan syaratnya dulu: > Hape anda harus sudah terpasang memorycard eksternal. > Cari aplikasi soundcloud di playstore. Sobat bisa download di sini
> Pasang!
Bila sudah terinstall, it's time to rock... we go here: * Buka aplikasi sound cloud yang telah terunduh. * Kalau belum punya akunnya, sign up (daftar) dulu bro. Pake akun facebook atau google plus bisa. * Cari lagu yang anda inginkan. * Putar dan dengarkan sampai tuntas.
Sudah puas? Sadar atau tidak kamu sudah mendownload lagu yang baru saja kamu dengar. Tidak percaya? Matikan koneksi internetmu. Putar lagi lagu tadi. Still working isn't it? Apa artinya? aplikasi sound cloud anda menyimpan chacenya dalam hape android anda. Mari kita buktikan: - buka file manager
- masuk ke memori eksternal - klik folder android > data
- cari + klik folder " com.soundcloud.android"
- klik folder files > stream > complete - klik file yang ada muncul pilihan open with/ buka dengan.....
- pilih audio
Tada... Itulah file musiknya. Karena masih dalam bentuk cache, file tsb tidak berformat. Anda bisa mengganti nama / rename filenya dan menambahkan format mp3 agar terdeteksi di mp3 player.
Jika masih kesulitan dengan cara diatas, buka saja situs: savefrom(dot)net atau download aplikasi sound cloud downloader.
Silahkan mencoba...
:: Sayangnya dalam mengupload suara, kita belum bisa leluasa. Sebab sound cloud membatasi kuota durasi max 2 jam.
لا اله الا الله الملك الحق المبين محمد رسول الله صادق الوعد الامين ileng-ileng sira menungsa sangka apa sliramu ana uripmu kanggone apa menyang endi sakwuse seda
sangka banyu ingkang ina didadekke makhluk paling mulya disugati nikmate ndunya banjur syukur apa kufur ira
banting tulang anggonmu kerja eman-eman gur golek donya diniati ditirakati kanggo sangu mbesok bali
dunya ibarat jembatan dalan nuju alam kelanggengan mula aja digondeli merga ora digawa mati
sugih mlarat rakyat pejabat kabeh kui sak derajat mungguh allah sing paling mulya namung wong kang paling takwa
lirkadya godhong sing keli sira mili ing titahe gusti sing sabar syukur semeleh insya allah atine sugeh.
إلهي لست للفردوس أهلا و لا أقوى على نار الجحيم فهب لي توبة و اغفر ذنوبي فإنك غافر الذنب العظيم Ya Allah Gusti kula sanes ahli swarga Nanging kula mboten kiat teng neraka Milo paringana kula pangapura Namung Panjenengan kang nglebur dosa-dosa
Tuhan hamba bukanlah penghuni surga Namun ku tak tahan siksaan neraka Maka ampunilah dosa-dosa hamba Hanya Engkaulah Maha Pelebur dosa
ذنوبي مثل أعداد الرمال فهب لي توبة يا ذا الجلال و عمري ناقص في كل يوم و ذنبي زائد كبف احتمالي
Dosa-dosa kula lirkadya wedi Mugi tobat kula Panjenengan tampi Umur kula saya cedak maring pati Dosa kula mundak lajeng kados pundi
Dosaku sebanyak debu padang pasir Trimalah taubatku sebelum berakhir Usiaku berkurang di setiap nafas Dosaku berkubang sanggupkah hamba kuras
إلهي عبدك العاصي آتاك مقرا بالذنوب و قد دعاك و إن تغفر فأنت لذاك أهل و إن تطرد فمن يرجو سواك
Gusti dalem sowan madep kanthi ndredhek Mbeta kelepatan ingkang kathah sanget Menawi sowan kula Panjenengan tundung Maring sinten meleh kula nyuwun tulung
Tuhan ku menghadap berlumur maksiat Kuketuk pintumu mengharap rahmat Jika Kau tak berkenan memberi maaf Pada siapa lagi hamba kan berharap
Mungkin tidak mudah memaafkan
orang yang membenci kita. Tetapi memaafkan
orang yang kita benci. lebih sulit lagi. Ketika kita mampu
melampaui keduanya, maka datanglah kedamaian sejati. Dimana hati tak lagi terisi dengki dan benci. Di mana hari-hari penuh cinta mewarna-warni. Memaafkan adalah kunci utama dalam membangun kedamaian. Demikian makna yang saya cerna dari single terbaru Letto bertajuk "Kedamaian Sejati" yang dirilis 1 Juli 2013. Masih menjadi ciri khas Letto; menyajikan lirik yang mengajak kita berkontemplasi tanpa diksi yang menggurui. enjoy....
Awal saya menegenal nama Cak
Nun ( Emha Ainun Nadjib ) adalah ketika saya duduk di bangku MI (tepatnya
kelas berapa saya lupa). Waktu itu, bapak membeli kaset tape yang berisi musik Kyai
Kanjeng . Pertama kali mendengarnya, telinga saya merasa bising. Iki
musik cap apa? kok mbrebeki kuping. Untung saya belum kenal kata diancuuk.
Lalu saya sering melihatnya di televisi memberi petuah-petuah tentang kenegaraan.
Entah mungkin karena kualat, saya mulai menggemari dia saat pertama kali
bersentuhan dengan bukunya yang berjudul "Slilit
Sang Kyai" yang saya
temukan di perpus sekolah MA
NU RAUDLATUL MUALLIMIN WEDUNG . Edan tenan orang ini, dia bisa mengemas
tulisan yang seringkali berat dengan bahasa yang sangat nakal. Sepulang ke rumah saya cari kaset yang dibeli bapak beberapa tahun yang lalu.
Sayangnya tidak ketemu. Akhirnya kerinduan saya terlampiaskan setelah
berkenalan dengan internet. Saya bisa mendownload lagu-lagunya,
tulisan-tulisannya, dan ceramah-ceramahnya.
Yang saya kagumi dari Cak Nun bukan saja pemikiran dan humornya, terlebih
lelaku hidupnya yang konsisten. Berbagai gelar dan julukan disematkan padanya.
Kyai, sastrawan, budayawan, pemikir, tokoh reformasi. Tapi Cak Nun tidak peduli
semua sebutan-sebutan itu. Dia hanya nyaman sebagai manusia biasa. Dia mampu
menjadi manusia seutuhnya di tengah-tengah banyak orang yang karena
kedudukannya menjadi kehilangan kemanusiaannya. Kalau sudah menjadi kyai tak
mau lagi nongkrong di warung kopi. Sudah menjadi pejabat malu kalau tidak
pakai jas berdasi. Emha tak segan berkaos oblong, tak sungkan lungguh
lesehan berjam-berjam bersama rakyat merayakan kemanuisaan. dia tak terusik
dengan pujian dan makian yang dialamatkan padanya karena dia sudah memuji dan
memaki-maki dirinya sendiri.
Namun kini, beliau sepertinya sudah mengundurkan diri dari gemerlap media. Dia
meneguhkan lelaku hidupnya yang tercermin dalam puisinya yang kemudian
dijadikan lagu berjudul “Jalan Sunyi.”
Dalam tulisan ini saya tidak menafsirkan lirik lagunya. Saya hanya berusaha
memahami dan menyimpulkan puisinya berdasarkan tulisan-tulisan dan
ceramah-ceramah yang pernah saya baca dan saya dengar.
Jalan sunyi
Akhirnya kutempuh/ jalan yang sunyi mendendangkan lagu bisu/ sendiri di
lubuk hati/ puisi yang kusembunyikan dari kata-kata/ cinta yang takkan
kutemukan bentuknya
kalau memang tak bisa engkau temukan wilayahku/ biarlah aku yang terus berusaha
mengetuk pintu rumahmu/ kalau memang tak sedia engkau menatap wajahku/ biarlah
para kekasih rahasia allah yang mengusap-usap kepalaku
mungkin engkau memerlukan darahku untuk melepas dahagamu/ Mungkin engkau butuh
kematianku untuk menegakkan hidupmu/ Ambilah ambillah... akan kumintakan izin
kepada Allah yang memilikinya/ Sebab toh bukan diriku ini yang kuinginkan dan
kurindukan
-------------
Akhirnya kutempuh/ jalan yang sunyi mendendangkan lagu bisu/ sendiri di
lubuk hati/ puisi yang kusembunyikan dari kata-kata/ cinta yang takkan
kutemukan bentuknya
Sepertinya lirik ini menceritakan keputus-asaan seseorang menghadapi kehidupan
duniawi. Baik yang telah mendapatkan dan merasakan seluruh gemerlap
kenikmatannya, atau pun yang gagal, tidak mampu mencapainya. Bagi yang sudah
pernah merasakan segala kenikmatan dunia, dunia ini terasa membosankan.
Kekayaan, kemasyhuran, segala keberlimpahan tak mampu membuatnya bahagia.
Akhirnya dia tahu borok-borok dunia. Orang-orang yang memujinya tak sepenuhnya
tulus, mereka menyimpan kepentingan. Dia hanya dijadikan alat pemuas nafsu
mereka. Bagi yang gagal mencapainya, dia kecewa, ternyata dunia selalu
menipunya. Semua usahanya tak dihargai, karyanya tak diakui, cintanya tak
pernah diterima. Hanya duka dan luka yang ia derita. Akhirnya dia memilih
menempuh jalan sunyi. Jalan yang jarang dilalui kebanyakan orang. Jalan sejati.
Jalan untuk lebih mengenal dan akrab dengan yang inti, yang hakiki. Jalan
ilahi.
Jalan sunyi itu seperti lelaku puasa. Melawan mainstream. Ada makanan tak
dimakan. Ada minuman tak diminum. Ada banyak wanita hanya satu yang dipilih.
Ada kursi tak diduduki. Ada kekuasaan tak dijabat. bernyanyi tak berbunyi,
menangis tak didengarkan, menjerit tak diperhatikan. berkarya tak dihargai, ada
tak diakui, mencintai malah dibenci, hadir tak pernah menjadi. Kita tahan dan
tangguhkan semua itu demi menuju Makan sejati.
kalau memang tak bisa engkau temukan wilayahku/ biarlah aku yang terus
berusaha mengetuk pintu rumahmu/ kalau memang tak sedia engkau menatap wajahku/
biarlah para kekasih rahasia allah yang mengusap-usap kepalaku
Bait ini adalah ungkapan kekecewaan kepada dunia. Penyairnya seolah-olah
berkata kepada dunia, “wahai dunia kalau memang engkau tak mampu menemukan arti
kehadiranku. Engkau tak bisa mengerti dan memahami usahaku untukmu, tidak
apa-apa. tak mengapa, tidak masalah bagiku. Biarlah aku saja yang terus menghormatimu,
terus melayanimu, terus mempelajarimu. Bahkan kalau pun engkau sebenarnya sudah
mengetahui arti kehadiranku, tapi engkau tetap tak bersedia menghormati dan
menghargai semua yang kulakukan untukmu, biarlah, biarlah. Aku tidak peduli,
nothing to lose. Aku Rak Pethe’en. Biarlah Tuhan dan kekasih-Nya yang selalu
menyayangiku, selalu memanjakan diriku, selalu menuntun jalanku.”
Dalam bahasa Sayyidina
Ali Bin Abi Thalib“ya dunya ghurri ghairi laqad thallaqtuki tsalatsan.” Wahai dunia,
rayulah selain aku, sungguh aku sudah jatuhkan talak tiga kepadamu. Namun kita
tak perlu se-ekstrim itu, kita ganti saja berkata, wahai dunia aku mencintai
gemerlap kenikmatanmu. Tapi jangan harap kamu menjadi pengantinku. Karena kamu
hanyalah jembatan yang mengantarkanku kepada pengantin yang sejati, dia yang
inti, yang hakiki. Dunia jangan kita masukkan dalam hati. Kalau dunia kita
biarkan bersemayam dalam hati, dia akan jadi raja dan kita menjadi budaknya.
Taruh dia di tangan kita, maka kita akan dengan mudah mempermainkannya.
Mungkin engkau memerlukan darahku untuk melepas dahagamu/ Mungkin engkau
butuh kematianku untuk menegakkan hidupmu/ Ambilah ambillah... akan kumintakan
izin kepada Allah yang memilikinya/ Sebab toh bukan diriku ini yang kuinginkan
dan kurindukan
Mungkin kehidupan duniawi ini memang selalu menipu. Al-Qur’an sendiri telah
memperingatkan, wamal hayatud dunya illa mata’ul-ghurur. Kehidupan dunia
itu tiada lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. Dia selalu memanfaatkan
kita. Sepertinya tangan lembutnya mengusap-usap, padahal dia mencabik-cabik
dengan kukunya. Seolah-olah dia memeluk kita, tapi sekaligus menggigit leher
kita. Kelihatannya dia mengulurkan bantuan ternyata untuk meraih keuntungan
pribadi yang lebih besar. Namun sang penyair berkata biarlah, karena aku sudah
menempuh jalan sunyi, engkau mau apa dariku, ambillah, engkau mau emas freeport
silahkan habiskan, kamu ingin reog ponorogo, silahkan dipatenkan. Kalian pingin
pulau ambalat, silahkan caplok, kita masih punya ribuan pulau lagi. Kamu
pingin menang piala AFF, sak karepmu, kita memang sedang berpuasa juara,
buat apa menang kalau melukai hati yang kalah. Kita orang jawa punya slogan menang
tanpo ngasorake (menang tanpa merendahkan yang lain). Kamu ingin minyak dan
seluruh hasil bumi Indonesia, mangga disedot gan... Tidak apa, bangsa
kita kan punya kesadaran tasawuf tingkat tinggi. Memang sangat tipis bedanya
antara jadi orang sufi dan orang sableng. Makanya ada seorang sufi yang
dijulkuki majnun (si gila).
Lirik ini senada dengan yang dikatakan Mawlana
Jalal ad-Din Rumi “Take away what i want. Take away what i do, Take away
what i need. Take away everything what take me from you. Ambillah apa yang
kuinginkan, ambillah [hasil] yang kulakukan, ambillah yang kubutuhkan, ambillah
semua yang mengambilku darimu. Ambillah semua yang menjauhkanku darimu.
Kalau sudah mampu bersikap demikian kita akan sampai pada yang dikatakan Bayazid
Bastami بايزيد بسطامى “when he without all, he with all.” Ketika seseorang
sudah tanpa apa-apa, dia punya segalanya. Kita tak lagi merasa memiliki dan
kehilangan, walaupun semua datang dan pergi dari kita. Apanya yang hilang kalau
kita tidak [merasa] memiliki apa-apa. Bahkan kita tidak memiliki diri kita
sendiri. Bukankah semua ini milik-Nya, bukankah semua yang melekat pada kita
hanya titipan saja?
#tulisan yang pernah disampaikan dalam diskusi bersama remaja Ukrimat
Masjid Sekayu, Semarang Tengah.
Menurut saya letto
adalah salah satu dari sedikit band Indonesia yang punya idealisme.
Pemilihan nama letto tidak dimaksudkan merujuk pada arti apapun. Letto
adalah kata yang tidak punya arti/ makna. Pemilihan nama tanpa
makna merupakan langkah tidak populer dalam arus mainstream. Letto mendekosntruksi tatanan
nama dan makna. Dimana makna menjadi logosentrisme dari sebuah nama.
Letto tidak memilih nama berdasarkan kata yang sudah terdefinisi. Para
personilnya justru ingin membuat makna Letto dengan apa yang mereka
lakukan. Singkatnya, Letto berarti apa dan bagaimana mereka berkreasi.
Dalam kesempatan kali ini saya hanya mencoba menafsirkan lirik lagu
sandaran hati. Saya tidak membahas kualitas musikalitas mereka, karena
saya belum paham musik :). Menariknya, penulis lirik lagunya (Sabrang
Mowo Damar Panuluh/ Noe) tidak ingin memonopoli makna atas lagunya.
Dia membebaskan setiap penikmat lagu memberi arti berdasarkan
pengalamannya sendiri. Hal ini mengingatkan saya pada pemikiran para
filosof postmodern, seperti Heidegger dan Derrida. “Matinya” sang
pengarang (author) menjadi trend baru dalam memahami teks.
Sandaran Hati:
Yakinkah ku berdiri/ Di hampa tanpa tepi/ Bolehkah aku/ Mendengarmu Terkubur dalam emosi/ Tanpa bisa bersembunyi/ Aku dan nafasku/ Merindukanmu Terpuruk ku di sini/ Teraniaya sepi/ Dan ku tahu pasti/ Kau menemani/ Dalam hidupku/ Kesendirianku
Teringat ku teringat/ Pada janjimu ku terikat/ Hanya sekejap ku berdiri/ Kulakukan sepenuh hati/ Peduli ku peduli/ Siang dan malam yang berganti/ Sedihku ini tak ada arti/ Jika kaulah sandatan hati/ Kaulah sandaran hati/ Sandaran hati
Inikah yang kau mau/ Benarkah ini jalanmu/ Hanyalah engkau yang ku tuju/ Pegang erat tanganku/ Bimbing langkah kakiku/ Aku hilang arah/ Tanpa hadirmu/ Dalam gelapnya/ Malam hariku
Teringat ku teringat/ Pada janjimu ku terikat/ Hanya sekejap ku berdiri/ Kulakukan sepenuh hati/ Peduli ku peduli/ Siang dan malam yang berganti/ Sedihku ini tak ada arti/ Jika kaulah sandatan hati/ Kaulah sandaran hati/ Sandaran hati
-----
Yakinkah ku berdiri/ Di hampa tanpa tepi/ Bolehkah aku/ Mendengarmu Terkubur dalam emosi/ Tanpa bisa bersembunyi/ Aku dan nafasku/ Merindukanmu Terpuruk ku di sini/ Teraniaya sepi/ Dan ku tahu pasti/ Kau menemani/ Dalam hidupku/ Kesendirianku
Lirik ini mengajak kita mempertanyakan keberadaan diri.
Mempertanyakan menjadi jurus jitu dalam hal menanam gagasan. Pendengar
tidak disuguhi bahasa yang langsung jadi. Dia harus mengolahnya lagi
melalui kontemplasi. Dimanakah kita saat ini? Dalam filsafat emanasi,
ruang dan waktu adalah mutlak. Segala sesuatu bereksistensi dalam
keduanya. Ukuran adalah keterbatasan manusia memahami fenomena. Lirik
ini tidak memaksa kita mempercayai emanasi, justru mengajak kita
mempertanyakannya kembali. Benarkah kita dalam hampa yang tak bertepi? Lalu
dimana engkau Tuhan, asal segala kejadian, sebab setiap akibat?
Bolehkah aku mendengar [kabar] tentang-Mu? Terkubur dalam emosi/ Tanpa bisa bersembunyi/ Aku dan nafasku/ Merindukanmu....
Menghadapi realitas kehidupan, berbagai perasaan seperti senang,
sedih, gembira, takut, cemas, galau mengisi hati silih berganti.
Seringkali kita tak mampu mengendalikan semua emosi itu. Kita terkadang
merasa ingin lepas dari segala kepenatan itu. Namun, adalah kepastian
bahwa kita terlahir di dunia dibekali dengan emosi (perasaan). Kita tak
bisa bersembunyi menghindarinya. Di saat seperti inilah betapa setiap
kerinduan membuncah kepada Dia yang selalu memberi ketentraman. Terpuruk ku di sini/ Teraniaya sepi/ Dan ku tahu pasti/ Kau menemani/ Dalam hidupku/ Kesendirianku.
Dalam keterpurukan kita mengarungi kehidupan, dimana sebagian besar
manusia memilih menghalalkan segala cara demi memperturutkan nafsunya,
kesepian-lah yang kita tempuh karena memilih berjalan sesuai aturan-Nya.
Namun yakinlah, selama kita berada dalam jalan-Nya, Dia selalu menemani
kita di setiap kita melangkah.
Teringat ku teringat/ Pada janjimu ku terikat/ Hanya sekejap ku berdiri/ Kulakukan sepenuh hati/ Peduli ku peduli/ Siang dan malam yang berganti/ Sedihku ini tak ada arti/ Jika kaulah sandaran hati/ Kaulah sandaran hati/ Sandaran hati
Pada zaman azali, Tuhan meminta persaksian diri “alastu birabbikum
(bukankah Aku ini Tuhanmu)?” kita bersama semua manusia serentak
menjawab “iya.” Bukankah itu berarti kita sudah terikat perjanjian
dengan Tuhan? Berjanji untuk mengakui Dia sebagai satu-satunya tujuan,
sebagai satu-satunya yang berkuasa. Dunia sekedar jalan yang kita
tempuh, yang meski sebentar harus tetap kita lalui dan lampaui dengan
sungguh-sungguh. Apalah artinya penderitaan jika hati telah bersandar
hanya kepada-Nya yang akan menebus setiap sedih dengan segala kasih.
Inikah yang kau mau/ Benarkah ini jalanmu/ Hanyalah engkau yang ku tuju/ Pegang erat tanganku/ Bimbing langkah kakiku/ Aku hilang arah/ Tanpa hadirmu/ Dalam gelapnya/ Malam hariku
Dalam lirik ini terdapat pembedaan antara mau (kehendak) dan jalan. Kehendak Allah, menurut Ibnu Arabi terbagi menjadi dua: amr tawqify, amr taklify.
yang pertama adalah perintah (baca: kehendak) Allah yang telah dia
tetapkan sejak zaman azali berkaitan dengan hukum alam yang kemudian
dalam istilah arab kita sebut sunnatullah. contoh Allah membuat
setiap makhluk itu berpasang-pasangan. ada baik ada buruk, ada iman ada
kufur, ada aksi dan reaksi. Yang kedua adalah kehendak (perintah) Allah
yang dibebankan kepada manusia melalui nabi-nabi-Nya. Kehendak Allah
ini sering juga disebut dengan syari'at-Allah. Dan amr taklify inilah berkonsekuensi pahala dan dosa.
Dalam al-Qur'an terdapat ayat “walillahi yasjudu man fis-samawati wal-ardhi thaw'an wa karhan wa zhilaa-luhum bil-ghuduwwi wal-ashaal.”
ini artinya semua ciptaan Tuhan bersujud kepada-Nya dengan ta'at
ataupun terpaksa. Jadi walaupun orang kafir menentang Allah dan tidak
mau tunduk dalam syari'at-Nya, sebenarnya dia tunduk patuh kepada
perintah Allah yang pertama (amr tawqify). Sebagai orang yang
mengaku beriman, kita harus tawakkal berserah dan memasrahkan diri
menuju pada jalan Allah yang kedua (hanyalah engkau yang ku tuju).
Pasrah pada syari'at-Nya. Bukan sekedar pasrah pada hukum alam (amr tawqify)
Jika sudah demikian maka berkenanlah cinta Tuhan jatuh kepadanya seperti disebutkan dalam hadits qudsi, “fa-idzaa
ahbabtuhu kuntu sam’ahu alladzi yasma’u bihi kuntu ‘ainahu allati
yubshiru biha kuntu lisaanahu alladzi yanthiqu bihi kuntu rijlahu allati
yabthisyu biha.” Ketika Aku sudah mencintainya, maka telinganya adalah telngakku, matanya mataku, lidahnya lidahku, kakinya kakiku.
Tanpa hadirnya Tuhan dalam jiwa, bagaimana bisa kita berada dan
mengada? Apa yang tidak mengabarkan tentang Dia? Setiap gerak adalah
energi dari pancaran quwwah-Nya. La haula wala quwwata illa billah. Maka
absennya Tuhan dalam kehidupan diibaratkan gelapnya malam. Karena Dial
ah yang menerangi setiap sudut langit dan bumi. Allahu nurus-samawati wal-ardhi...
Ketika engkau sudah pasrah total, maka kehendakmu sendiri lenyap,
aku-mu hilang. semua menyatu dalam kehendak dan keakuannya. seperti daun
yang hanyut di alir air, daun itu memang tampak bergerak tapi gerak
sejati adalah gerak aliran air. daun tak mampu bergerak tanpa didorong
oleh arus air. Maka tawakkal sejati adalah pasrah ber-Tawhid kepada-Nya.
Teringat ku teringat/ Pada janjimu ku terikat/ Hanya sekejap ku berdiri/ Kulakukan sepenuh hati/ Peduli ku peduli/ Siang dan malam yang berganti/ Sedihku ini tak ada arti/ Jika kaulah sandatan hati/ Kaulah sandaran hati/ Sandaran hati
Siapakah sandaran hati kita selama ini?
"ketika kau terus mencari tetapi tak kunjung ketemu. Kalau kau telah
lelah berusaha namun berhasil nihil. jika kau senantiasa berdoa dan
merasa tak pernah dikabulkan. Kau pun sudah tabah menahan derita
berkepanjangan. Pasrahlah. seperti pasrahnya dawai yang dipetik, seperti
seruling yang ditiup, seperti biola yang digesek, seperti drum yang
digebuk. Lalu dengarlah betapa indah melodi yang Dia mainkan."
*tulisan yang pernah disampaikan dalam diskusi bersama remaja masjid at-Taqwa, Sekayu, Semarang Tengah.
Imagine there's no heaven It's easy if you try No hell below us Above us only sky Imagine all the people Living for today...
Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace...
You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will be as one
Imagine no possessions
I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of man
Imagine all the people
Sharing all the world...
You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will live as one
---
Bayangkan surga itu tidak ada
Sangat mudah jika kau coba
Tidak ada neraka di bawah kita
Di atas kita hanya langit
Bayangkan semua orang
Hidup untuk hari ini ...
Bayangkan tidak ada negara
bukanlah hal yang sulit sulit untuk dilakukan
Tidak ada yang membunuh atau mati demi apapun
Dan bayangkan agama juga tidak ada
Bayangkan semua orang
Menjalani hidup dalam damai ...
Kau mungkin mengatakan bahwa aku seorang pemimpi
Tapi aku bukan satu-satunya
Kuharap suatu hari nanti kau akan bergabung dengan kami
Dan dunia akan menjadi satu
Bayangkan tidak ada rasa memiliki
Aku ingin tahu apakah kau bisa
Tidak perlu lagi ada keserakahan atau kelaparan
Sebuah persaudaraan sesama manusia
Bayangkan semua orang
Saling berbagi di seluruh dunia ...
Kau mungkin mengatakan bahwa aku seorang pemimpi
Tapi aku bukan satu-satunya
Kuharap suatu hari nanti kau akan bergabung dengan kami
Dan dunia akan hidup bersatu.
-----
semoga lagu ini tidak hanya berhenti di imajinasi...