Pages

Sabtu, 02 Januari 2010

Pemimpin Alternatif, Why Not?

Pemimpin Alternatif, Why Not?
Warih Firdausi*
Ketika orde baru telah menemui ajalnya dan reformasi mulai unjuk gigi, muncullah istilah tentang Ratu Adil. Kita diingatkankan kembali oleh ramalan Jayabaya tentang pemimpin masa depan yang akan membawa negeri ini menuju kemakmuran, negeri yang "tandur tan sarwa tinukul, sandang pangan tan sarwa tinuku, gemah ripah loh jinawi". Ramalan inipun menimbulkan banyak interpretasi, bahkan sempat membuat sensasi dan menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Sehingga banyak juga para politisi yang memanfaatkan isu ini.
Setelah beberapa tahun berlalu, sosok yang dijanjikan tak juga muncul. Rakyatpun mulai kecewa karena sosok tersebut ternyata hanya isapan jempol belaka. Sekali lagi bangsa Indonesia menjadi tumbal demokrasi yang mereka ciptakan sendiri. Ramalan itupun perlahan-lahan akhirnya mulai dilupakan rakyat.
Selanjutnya, pemerintah memberlakukan aturan-atuaran khusus bagi para calon pemimpin. Mereka harus memiliki beberapa kriteria tertentu, misalnya, minimal harus lulus SMA bagi calon wali kota dan bupati, dan lulus S1 bagi capres dan cawapres. Dengan demikian, setidaknya calon pemimpin memiliki kapasitas pendidikan yang memadai sebagai modal untuk memimpin rakyatnya.
MESKIPUN DEMIKIAN, REALITA YANG TERJADI DI LAPANGAN MASIH JAUH DARI HARAPAN. SERANGAN FAJAR DAN BERBAGAI JENIS MONEY POLITIC LAINNYA MASIH BANYAK TERJADI KETIKA PEMILU DAN PILKADA. BAHKAN, DIANTARA MEREKA YANG MENCALONKAN DIRI SEBAGAI PEMIMPIN ADA YANG MENGGUNAKAN IJAZAH PALSU. TERNYATA, BAIK MASYARAKAT MAUPUN PEMIMPINNYA BELUM SIAP UNTUK MENJALANKAN DEMOKRASI DENGAN BENAR.

Peluang Pemimpin Alternatif
MUNGKIN SEBAGIAN MASYARAKAT MULAI MUAK DAN BOSAN DENGAN WAJAH-WAJAH LAMA PEMIMPIN KITA YANG HANYA BESAR MULUT, ALIAS NATO (NO ACTION TALKING ONLY). BANYAK DIANTARA PARA POLITISI DARI BERBAGAI PARTAI YANG MENGUSUNG WAJAH-WAJAH BARU SEBAGAI CAPRES, SEPERTI GOLKAR YANG KABARNYA MENGUSUNG SRI SULTAN ATAU SURYA PALOH. WALAUPUN MASIH ADA JUGA PARTAI YANG TETAP SETIA DENGAN TOKOH LAMA MEREKA, MISALNYA PDIP YANG MASIH FANATIK KEPADA MEGAWATI, DAN PKB YANG MENGKULTUSKAN SOSOK GUS DUR.
Akhir-akhir ini, kita juga menemukan banyak selebriti yang beralih profesi menjadi politisi, seperti Dede Yusuf, Saipul Jamil, Heti Kuesendang. Ada yang merasa terpanggil untuk memperbaiki kondisi negara ini, atau mungkin hanya untuk lebih mendongkrak popularitas mereka. Bahkan, yang lebih ironis, jangan-jangan malah mereka yang dimanfaatkan? Terlepas dari apa yang menjadi motivasi mereka untuk terjun ke dunia politik, paling tidak mereka menjadi bukti bahwa sebagian besar rakyat Indonesia menginginkan wajah-wajah baru pemimpin mereka.
Dari satu sisi calon-calon muda pemimpin kita mengetahui seluk beluk kebutuhan masyarakat karena selama ini mereka hidup dan mengamati secara langsung kehidupan rakyat, sehingga mereka dapat menampung aspirasi rakyat. Namun, di sisi lain kapabilitas mereka masih dipertanyakan, mampukah mereka memecahkan ruwetnya masalah-masalah negara yang semakin kompleks ini? Jangan sampai, lagi-lagi rakyat yang menjadi tumbal dari sistem demokrasi yang amburadul ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...