Banyaknya kasus tawuran antar pelajar, tindakan asusila, dan maraknya
peredaran narkoba di lingkungan sekolah membuat prihatin pemerintah.
Keprihatinan tersebut diwujudkan dengan menambah alokasi waktu untuk mata
pelajaran agama. Dari dua jam setiap minggu menjadi tiga jam dalam sepekan.
Dengan demikian, penambahan jam mapel agama diharapkan mampu mendandani
moral generasi muda.
Kebijakan ini menjadi tantangan tersendiri
bagi para guru agama. Dengan bertambahnya alokasi jam dan (otomatis) gaji,
sanggupkah mereka mempertanggujawabkannya? Tolok ukur keberhasilan mereka tidak
lagi dilihat dari ketuntasan nilai akademik anak didiknya semata. Mereka juga
dituntut bertanggung jawab secara moral atas perilaku pelajar yang diasuhnya.
Sayangnya materi agama yang diajarkan sampai sekarang tak beranjak
jauh dari tema-tema semacam cara bersuci, sembahyang, dan membaca kitab suci.
Kurikulum mata pelajaran agama di sekolah selama ini masih didominasi oleh
materi tentang ritual-ritual keagamaan. Disamping materi pelajaran yang terus
diulang-ulang, penyampaian materi juga masih berkutat pada ceramah dan praktek
ibadah.
Fenomena ini semakin membuat mapel agama semakin menjemukan. Ditambah
dampak teknologi yang membawa banjir informasi yang mampu diakses oleh siapa
pun. Generasi muda dihadapkan oleh berbagai sajian menu yang tak pandang bulu. Kini
kreatifitas guru agama sedang benar-benar diuji. Mampukah mereka menumbuhkan
kembali pesona agama yang kian pudar? Sanggupkah mereka menanamkan nilai-nilai
luhur agama ke peserta didik mereka?
Informasi dan Teknologi
Agama dan sains saat ini memang sedang dibenturkan. Disinilah kepekaan
terhadap perkembangan informasi dan teknologi harus dikuasai oleh tenaga
pendidik. Sehingga prejudies sains versus agama dapat dipatahkan.
Dan agama mampu membuktikan jargonnya shalihun likulli zaman wa makan, selalu
relevan di berbagai masa dan tempat. Guru agama harus up to date untuk
dapat mengambil manfaat melalui perkembangan tekologi. Salah satunya adalah
memberikan tugas berupa pembuatan video (film) pendek bertema agama.
Pembuatan video ini tergolong mudah. Para peserta didik diminta untuk
menguasai materi yang akan dibuat. Mereka bisa berdiskusi bersama dan tentunya
didampingi oleh arahan guru agar materi sesuai dengan target yang diharapkan. Pengambilan
video dapat menggunakan digital camera atau fitur kamera di gadget yang
kemudian diatur dengan rapi dengan menggunakan software yang tersedia dalam
PC.
Di sini kemampuan peserta didik akan diasah untuk melaksanakan dan
menyampaikan materi dengan baik. Selain materi agama, akan muncul pula pembelajaran
pembentukan karakter (character building) yang sedang digalakkan. Diantaranya
kerjasama antar individu, kekompakan tim, tanggung jawab untuk menjadi icon.
Dengan begitu diharapkan mereka mampu melaksanakan, menerapkan dan menghayati
nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil video para siswa-siwi dapat
di-upload ke media-media sosial online seperti youtube
atau facebook. Sehingga manfaat materi dapat disebarluaskan secara
optimal. Diskusi agama pun terus berlanjut, tidak berhenti dan terbatas di
ruang kelas.